Kisah Generasi Z dan toko serba ada dalam sepuluh jam: simpan kwitansi, buang minumannya.

20221111-ESY-Tumbuhan-Smoothies-4

Jakarta – Pada generasi Z atau generasi Z, jam koma adalah sebuah kenyataan. Banyak orang terkadang menganggapnya lucu karena sulit berkonsentrasi. Misalnya saja, Hanaly (22), yang bekerja secara remote di Jakarta Barat, mengaku kerap kehilangan fokus atau tiba-tiba lupa akan tujuannya saat melakukan sesuatu.

Niatnya ingin mencari sesuatu, tapi tiba-tiba, dia malah melakukan hal lain. “Begitu beli sesuatu, pas bayar, lupa ambil. Ini sering terjadi,” kata Hana, dihubungi detikcom, Jumat (25/10/2024).

Claudio (17), salah satu pelajar di Malang, juga mengalami hal serupa dan kerap kebingungan.

“Seringkali, saya mencari cermin. Terkadang saya lelah karena tidak dapat melihat apa pun. Claudio berkata: “Meskipun saya memakai kacamata. Tak hanya terjadi pada generasi Z, koma ini juga bisa dialami oleh kaum milenial. Ardi (30), seorang pekerja harian lepas asal Jakarta Selatan, mengaku kehilangan akal karena kelelahan. “Beli minuman di minimarket. Simpan kwitansinya, buang minumannya,” kata Ardi.

Saat Ardi dalam keadaan koma, ia memilih menghentikan pekerjaannya sejenak dan berusaha lebih fokus. Aktivitas santai, seperti memejamkan mata dan mendengarkan musik, juga dapat membantu mendapatkan kembali fokus. Keadaan mental juga berpengaruh

Saat seseorang mengalami koma, gangguan jiwa kerap dituding sebagai penyebab utama penurunan mental secara tiba-tiba. Hal ini mencegah otak dan tubuh bergerak ke arah yang sama. “Menurutku itu pikiran, soalnya pikiranku sering sibuk, banyak hal yang dipikirkan. Jadi seperti daerahnya bergerak, badannya bergerak, kata Ardi.

Melakukan terlalu banyak hal sekaligus juga bisa menyebabkan koma berulang. Pasalnya, hal tersebut bisa membuat Anda khawatir dan berpikir dua kali.

“Saya pikir itu mental, karena ketika Anda melakukan sesuatu pada saat yang sama, Anda memikirkan segala sesuatunya pada saat yang sama,” kata Hanaly.

Richard Lee, Dokter Oky, dan Nikita Mirzani Terancam Disomasi Gegara Podcast

Jakarta – dr Oky, dr Richard Lee, dan Nikita Mirzani terancam disomasi oleh Heni Purnamasari. Heni merupakan pemilik PT Sagara Purnama dan PT Ratansha Purnama Abadi yang merasa dirugikan akibat konten podcast yang dipublikasikan menampilkan ketiga nama tersebut.
Dalam episode podcast yang dipermasalahkan ada pembicaraan antara dr Oky, dr Richard Lee, dan Nikita Mirzani yang menyinggung Heni Purnamasari sebagai pemilik produk skincare. Tudingan mafia skincare keluar dari dari ketiganya.

Nikita-Mirzani-klaim-dr-Richard-Lee-punya-saham-Daviena-Skincare-3263948537

“Ada somasi, tentu kami akan ambil tindakan tegas. Ini menyangkut masalah dan nama baik seseorang. Berdasarkan podcast dan pemberitaan yang sudah dibuat akan kami proses hukum,” kata pengacara Heni Purnamasari, Johanes Oberlin L Tobing, dalam konferensi pers pada Kamis (17/10/2024).

“(Yang akan disomasi) pemilik podcast itu, berinisial O dan R, dan yang berinisial NM. Juga akun-akun lain yang telah memberikan berita bohong, fitnah, dan hoax menghasut,” lanjutnya.

Heni Purnamasari dan tim pengacaranya mengaku masih mendalami masalah ini secara internal. Namun mereka sudah siap melaporkan nama-nama tadi atas dugaan melanggar pasal UU ITE.

“Ini kami masih diskusikan. Kami tidak akan diam saja, kami mempertimbangkan,” kata Suhendro Asido Hutabarat, tim kuasa hukum Heni Purnamasari, dalam kesempatan yang sama.

Heni Purnamasari mengaku kecewa dengan tudingan yang dilemparkan kepadanya. Apalagi menurut dia selama ini hubungannya dengan dr Oky dan dr Richard Lee tidak pernah ada masalah.

“Saya sangat kecewa. Saya ikhlas perusahaan mereka maju. Saya rasa hubungan dengan mereka sangat baik. Oky bertemu saya pas hamil besar. Sempat ada kerja sama juga dan sangat baik, Richard pun tidak ada masalah dengan saya. Saya menyayangkan kenapa Richard tidak (memilih) bertemu, kenapa jadi fitnah, kenapa tidak ada hati nurani. Kita kenal dan berhubungan baik. Saya sangat menyesalkan kejadian ini,” ungkapnya sambil menangis.

Heni juga menyinggung soal kerugian. Tapi dia belum bisa memastikan total kerugian yang diakibatkan dari masalah ini.

“Kerugian itu sedang saya hitung,” lanjutnya.

Pihak Heni Purnamasari juga membantah tudingan soal mafia skincare. Juga isu pencabutan izin apoteker yang menyusul beredar.

“Terkait mafia skincare, sampai hari ini di PT Sagara dan PT Ratansha tidak ada produk berbahaya seperti yang disebut Nikita Mirzani,” tegas Johanes.

Sebelumnya ada tudingan soal skincare mengandung hidrokinon dan merkuri dalam produk dari perusahaan milik Heni. Johanes menjelaskan hal tersebut tidak benar karena semua produk sudah mendapat persetujuan dari BPOM.

“(Produk kami disebut) ada hidrokinon dan berkuri, ini tudingan besar sekali. Perusahaan ini besar dan mengikuti BPOM. BPOM sudah menyetujui (produk-produk tersebut), tidak ada merkuri dan hidrokinon,” tegasnya lagi.

“Ibu Heni juga menjelaskan izin apotekernya tidak dicabut, boleh dicek sampai hari ini izinnya masih ada, tidak benar dicabut. Saudari Nikita Mirzani bilang izinnya dicabut itu tidak benar,” tutup Johanes.

detikcom sedang mencoba menghubungi Nikita Mirzani melalui kuasa hukumnya, terkait rencana somasi yang dilayangkan oleh Heni Purnamasari. Diketahui Nikita Mirzani saat ini sedang menunaikan ibadah umrah.